17 Maret 2010 jam 20:36
Sore itu, seperti sore-sore biasanya, langit teduh memayungi anak-anak yang bermain galasin di lapangan berumput. Gelak tawa mereka membuat para sesepuh tergoda untuk ikut andil merayakan suasana kekerabatan, berbaur dalam bincang santai di pelataran rumah Pak RT.
Di teras sebuah rumah, seorang gadis kecil tampak duduk cemberut.
“Lho, ini anak Mamah kok malah duduk sendirian? Nggak ikut maen, Neng?”
“Huuuu, sebel. Nggak diajakin main, Maaah!”
“Oooh, gituuu. Ya udah, main mah main aja sana. Nggak usah diajak-ajakin kan biasanya juga. Pada lupa ngajak kali.”
“Aaah, nggak mau. Sebel! Sebel! Sebel!”
“Eeeh, pundungan. Main aja kok repot. Masa mau nunggu undangan dulu, emangnya kamu Lurah.”
De Ziiing!
Si gadis kecil itu kemudian berjalan menuju lapangan.
Sesampainya di lapangan, teman-teman dengan riang menyambutnya.
“Iiih, kenapa nggak ngajak aku main sih? Kalian mah jahat ah nggak ngajak-ngajak. Udahan dulu dong main galasinnya, ulangi dari awal. Kan aku baru datang.”
“Lho, kirain kamu bakalan datang sendiri. makanya nggak dijemput.”
“Udah kok, tadi aku ke rumah kamu. Aku panggil-panggil nggak ada jawaban, kirain lagi bobo.”
“Hmm,, gitu ya. Ya udah deh, terusin mainnya. Aku ikutan yaaaaa.”
“Ayooooooo”
ketika merasa dianaktirikan, bisa jadi justru Anda yang mengibutirikan
Rabu, 19 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar